Ketika mendengarkan nomor pembuka, “Always in My Head”, yang
musiknya mendayu-dayu dengan lirik soal seseorang yang belum bisa move on, saya
sempat skeptis. Apakah isi album Ghost Stories milik grup musik asal Inggris
ini akan seperti lagu itu semua?
Dalam hal lirik lagu, sebagian besar lagu-lagu yang ada
dalam album yang diproduseri Coldplay, Paul Epworth, Daniel Green, dan Rik
Simpson ini memang mengusung kata-kata yang penuh kesenduan, bahkan cenderung
agak mengibakan.
Dari satu lagu ke lagu lain, saya seperti mendengarkan
secara lengkap curhat seseorang yang baru saja patah hati. Mulai dari tahap
masih belum bisa move on atau berpaling ke lain hati dan tetap berharap
kehadiran kembali sang kekasih hingga pada titik di mana perpisahaan itu sudah
mulai bisa diterima sebagai kenyataan. Kalau sudah begitu, sulit untuk tidak
mengaitkannya dengan Chris Martin, sang vokalis, dan status pernikahannya yang
berakhir beberapa bulan lalu.
Sebenarnya, mengusung tembang bersuasana muram dan galau
bukan hal baru bagi Guy Berryman (pemain bas), Jonny Buckland (gitaris), Will
Champion (drumer), Chris Martin (vokalis), dan Phil Harvey (manajer). Namun
kali ini rasanya kadarnya lebih kental. Coba deh perhatikan lirik dari
lagu-lagu macam “Magic”, “True Love”, “Another’s Arms”, “Oceans”, dan “O”.
Bahkan “Ink” yang iramanya cukup dinamis pun demikian.
Saya sampai menduga, jangan-jangan gambar sampul album karya
Mila Fürstová itu sebenarnya bukanlah sayap, melainkan bentuk hati yang
terbelah menjadi dua.
Di sini lain, meskipun kegalauan menyelimuti album ini
sangat erat, namun Coldplay tetap mencoba bereksperimen dengan musik mereka.
Kali ini ada sejumlah terobosan yang mungkin bisa membuat sebagian orang merasa
pangling.
Misalnya, pada lagu “Magic” yang menjadi salah satu lagu
andalan. Tidak seperti pada hits mereka sebelumnya, musiknya terdengar
minimalis dengan ketukan drum dan petikan bas yang mendominasi. Meskipun
demikian, tetap saja terdengar menarik, apalagi ketika berpadu dengan suaranya
Chris.
Lagu lain yang patut mendapat perhatian adalah “Ink”.
Iramanya yang sederhana tapi cukup dinamis mempunyai daya tarik tersendiri bagi
kuping yang menikmatinya.
Di album ini, Coldplay juga menggandeng beberapa nama
kondang pengusung musik elektronik untuk berkolaborasi. Salah satunya adalah
Tim Bergling alias Avicii yang diajak menggarap “A Sky Full of Stars”. Pengaruh
musik house dan elektronik dari sang DJ kondang asal Swedia itu hadir
mengiringi vokal Chris hampir sepanjang lagu, tapi intronya mengingatkan saya
pada “Every Teardrop Is a Waterfall” dari album Mylo Xyloto. Perpaduan yang
cukup menarik.
Sementara untuk lagu “Midnight”, Coldplay bekerja sama
dengan Jon Hopkins, seorang pengusung musik elektronik dan house yang juga dari
Inggris. Di sini, suara Chris terdengar berbeda. Ternyata itu karena efek dari
vokoder yang biasa dipakai para musisi pengusung musik elektronik. Teknik
serupa juga diterapkan pada beberapa lagu lain di album ini.
Bentuk kolaborasi lain bisa ditemui pada lagu “Another’s Arms”.
Di lagu ini, Coldplay memasukkan unsur vokal dari lagu “Silver Chord” milik
Jane Weaver sehingga membuatnya jadi agak dramatis.
Oh ya, ada hal yang unik seputar lagu “O”. Oleh peranti
pemutar, lagu yang terdapat pada urutan terakhir ini terbaca berdurasi 7 menit
dan 46 detik. Anehnya, ketika baru memasuki menit ke 03:49, lagunya sudah
selesai. Tidak terdengar suara apa pun. Tapi, cobalah bersabar menunggu sekitar
dua menit dalam keheningan. Karena pada menit ke 06:14 akan muncul lagi musik
yang disertai nyanyian hasil olahan perangkat vokoder. Sesuai informasi di
buklet, sepertinya nyanyian itu adalah suara milik Apple Martin dan Moses
Martin. Keduanya adalah anak dari Chris Martin dan Gwyneth Paltrow.
Belakangan saya baru menyadari bahwa ternyata sebagian dari
trek bonus itu menjadi intro “Always in My Head”, lagu pertama di album ini.
Unik. Apakah ini semacam easter egg ala Coldplay?
Di luar semua itu, meskipun bukanlah merupakan album terbaik
dari Coldplay, namun album ini cukup memuaskan. Silakan dikoleksi, tapi
sebaiknya hindari mendengarkannya secara serius pada saat baru saja patah hati.
Sumber : https://id.celebrity.yahoo.com/blogs/benny-chandra/album-coldplay-edisi-curhat-sang-vokalis-081217540.html
No comments:
Post a Comment